π Disclaimer Edukasi
Artikel ini disediakan murni untuk tujuan edukasi tentang teknologi blockchain dan cryptocurrency. Informasi yang disampaikan:
- ✅ Fokus pada aspek teknologi dan edukasi
- ✅ Bertujuan meningkatkan pemahaman
- ❌ BUKAN saran investasi atau trading
- ❌ BUKAN rekomendasi finansial
Selalu lakukan riset mandiri (DYOR) dan konsultasi dengan profesional sebelum membuat keputusan terkait cryptocurrency.
Selamat datang di dunia Ethereum, tulang punggung dari sebagian besar inovasi di ekosistem blockchain, mulai dari keuangan terdesentralisasi (DeFi) hingga token non-fungible (NFT). Selama bertahun-tahun, kita telah menyaksikan bagaimana Ethereum memberdayakan para pengembang dan membuka pintu bagi aplikasi-aplikasi revolusioner. Tapi, Anda mungkin juga akrab dengan beberapa tantangan yang menyertainya: biaya gas yang melonjak tinggi, kecepatan transaksi yang terkadang lambat, dan kekhawatiran tentang konsumsi energi.
Nah, yang menarik adalah, komunitas Ethereum tidak berdiam diri. Mereka telah bekerja keras selama bertahun-tahun untuk mengatasi masalah-masalah ini melalui serangkaian peningkatan besar yang secara kolektif sering disebut "Ethereum 2.0" atau "Eth2." Meskipun nama resminya kini telah berubah menjadi "serangkaian upgrade" seperti The Merge, The Surge, The Scourge, The Verge, The Purge, dan The Splurge, esensinya tetap sama: mentransformasi Ethereum menjadi platform yang jauh lebih skalabel, aman, dan berkelanjutan.
Artikel ini akan membawa Anda menyelami perubahan teknologi fundamental yang terjadi dalam perjalanan Ethereum, khususnya dari The Merge dan apa yang akan menyusul, serta dampak luasnya terhadap seluruh ekosistem blockchain. Sebagai seorang praktisi yang aktif di komunitas ini, saya melihat perubahan ini bukan hanya sekadar pembaruan teknis, melainkan sebuah revolusi yang akan membentuk masa depan teknologi terdesentralisasi.
Dari Proof-of-Work ke Proof-of-Stake: Revolusi Konsensus
Salah satu perubahan paling signifikan dalam sejarah Ethereum adalah transisinya dari mekanisme konsensus Proof-of-Work (PoW) ke Proof-of-Stake (PoS). Perubahan ini, yang secara resmi dikenal sebagai "The Merge," adalah langkah monumental yang telah lama dinantikan. Ini bukan sekadar pergantian mesin di bawah kap, melainkan penggantian seluruh cara jaringan mencapai kesepakatan tentang transaksi, yang memiliki implikasi besar.
Sebelum kita mendalami PoS, mari kita pahami dulu apa yang digantikannya. Sebenarnya, Proof-of-Work adalah metode yang digunakan oleh Bitcoin dan, sebelumnya, Ethereum, untuk mengamankan jaringannya. Para "penambang" berkompetisi menggunakan daya komputasi yang besar untuk memecahkan teka-teki kriptografi yang rumit. Penambang pertama yang berhasil akan menambahkan blok transaksi baru ke blockchain dan menerima hadiah berupa koin baru. Sistem ini terbukti sangat aman dan tahan terhadap serangan karena membutuhkan investasi energi dan perangkat keras yang sangat besar untuk mencoba memanipulasi jaringan.
Apa itu Proof-of-Work (PoW)?
Proof-of-Work adalah mekanisme konsensus yang mengandalkan daya komputasi intensif untuk memvalidasi transaksi dan menambahkan blok baru ke blockchain. Proses ini sering disebut sebagai "mining" atau penambangan. Dalam PoW, para penambang bersaing untuk menemukan nonce (angka acak) yang, ketika digabungkan dengan data blok lainnya, menghasilkan hash di bawah nilai target tertentu. Persaingan ini membutuhkan sumber daya komputasi yang sangat besar, yang secara efektif membuat jaringan aman karena biaya untuk melakukan serangan 51% (menguasai mayoritas daya komputasi) menjadi sangat mahal dan tidak praktis.
Meskipun PoW sangat kuat dalam hal keamanan dan desentralisasi, ia memiliki kelemahan signifikan dalam hal skalabilitas dan efisiensi energi. Konsumsi daya listrik yang masif oleh ribuan bahkan jutaan komputer penambang di seluruh dunia telah menjadi titik kritik utama dari para pemerhati lingkungan. Bukan cuma itu, kecepatan pemrosesan transaksi yang terbatas juga menjadi hambatan bagi adopsi massal, menghasilkan biaya gas yang tinggi saat jaringan padat. Inilah alasan mendasar mengapa Ethereum mencari alternatif yang lebih baik.
Mengenal Proof-of-Stake (PoS)
Proof-of-Stake adalah mekanisme konsensus yang mengambil pendekatan berbeda. Alih-alih mengandalkan penambang yang bersaing dengan daya komputasi, PoS mengandalkan "validator" yang mempertaruhkan (stake) sejumlah mata uang kripto mereka sebagai jaminan. Para validator ini dipilih secara pseudo-acak untuk membuat blok baru dan memvalidasi transaksi. Jika seorang validator bertindak jujur dan memvalidasi blok dengan benar, mereka akan menerima imbalan. Tapi, jika mereka mencoba berbuat curang atau tidak konsisten, sebagian dari stake mereka dapat dipotong atau "slashed" sebagai hukuman. Ini menciptakan insentif ekonomi yang kuat untuk bertindak jujur.
Transisi ke PoS melalui The Merge berarti Ethereum kini beroperasi dengan sistem ini. Anda dapat membayangkan validator sebagai semacam "penjaga gerbang" yang bertanggung jawab atas keamanan dan integritas jaringan, tetapi tanpa kebutuhan akan perangkat keras penambangan yang boros energi. Perubahan ini secara dramatis mengurangi konsumsi energi Ethereum lebih dari 99%, menjadikannya salah satu blockchain ramah lingkungan. Bagi saya pribadi, ini adalah langkah berani yang fundamental dan menunjukkan komitmen Ethereum terhadap masa depan yang lebih hijau, sebuah aspek yang semakin penting dalam diskusi global.
Peningkatan Skalabilitas dengan Sharding
The Merge hanyalah langkah pertama dalam serangkaian peningkatan yang lebih besar. Setelah transisi ke Proof-of-Stake, fokus berikutnya adalah pada skalabilitas, yang akan dicapai melalui implementasi "sharding." Sharding adalah teknologi yang dirancang untuk secara signifikan meningkatkan kapasitas throughput jaringan Ethereum, mengatasi masalah kemacetan yang telah lama menghantui platform ini.
Saat ini, setiap node di jaringan Ethereum harus memproses dan menyimpan setiap transaksi dan setiap blok. Ini seperti memiliki satu jalur kereta api yang harus dilewati oleh semua kereta. Semakin banyak kereta yang ingin lewat, semakin padat dan lambat jalur tersebut. Model ini, meskipun sangat aman, membatasi jumlah transaksi yang dapat diproses per detik (TPS), yang pada gilirannya menyebabkan biaya gas melambung tinggi selama periode permintaan puncak. Sharding bertujuan untuk mengubah paradigma ini secara radikal.
Konsep Sharding
Sharding adalah teknik partisi database yang telah lama digunakan dalam komputasi terpusat, Tapi diadaptasi untuk lingkungan blockchain terdesentralisasi. Dalam konteks Ethereum, sharding akan membagi seluruh jaringan menjadi beberapa "shard" atau pecahan yang lebih kecil. Setiap shard akan dapat memproses transaksi dan menyimpan data secara independen dan paralel dengan shard lainnya. Bayangkan memiliki banyak jalur kereta api paralel, di mana setiap jalur dapat menangani lalu lintasnya sendiri tanpa membebani jalur lainnya.
Dengan sharding, tidak setiap node perlu menyimpan seluruh salinan blockchain atau memproses setiap transaksi. Sebaliknya, setiap node hanya perlu memvalidasi dan menyimpan data untuk shard tertentu yang ditugaskan kepadanya. Ini secara drastis mengurangi beban komputasi dan penyimpanan pada masing-masing node, sehingga memungkinkan jaringan secara keseluruhan untuk memproses jauh lebih banyak transaksi per detik. Nah, yang menarik adalah, bagaimana sharding akan membuka pintu bagi adopsi massal aplikasi terdesentralisasi yang sebelumnya terhambat oleh keterbatasan skalabilitas.
Dampak Sharding pada Jaringan
Dampak utama dari sharding adalah peningkatan throughput transaksi yang masif. Dengan puluhan bahkan ratusan shard yang beroperasi secara paralel, kapasitas transaksi Ethereum berpotensi meningkat secara eksponensial. Ini berarti lebih banyak transaksi dapat diproses dalam waktu yang lebih singkat, mengurangi kemacetan jaringan dan, pada gilirannya, menurunkan biaya gas secara signifikan. Bagi pengguna dan pengembang DApps, ini adalah kabar baik yang telah lama dinantikan.
Bukan cuma itu, sharding juga meningkatkan desentralisasi. Dengan persyaratan perangkat keras yang lebih rendah untuk menjalankan node validator (karena setiap node hanya perlu mengelola sebagian kecil dari data jaringan), lebih banyak orang dapat berpartisipasi dalam mengamankan jaringan. Ini akan membuat Ethereum lebih tahan terhadap sentralisasi dan lebih tangguh secara keseluruhan. Peningkatan ini adalah kunci untuk mengatasi "trilema blockchain" yang terkenal: mencapai desentralisasi, keamanan, dan skalabilitas secara bersamaan.
Efisiensi Energi dan Keberlanjutan Lingkungan
Salah satu kritik paling vokal terhadap teknologi blockchain, terutama yang menggunakan Proof-of-Work, adalah konsumsi energi mereka yang luar biasa besar. Isu ini telah menjadi hambatan serius bagi adopsi institusional dan mendapatkan penerimaan publik yang lebih luas. Dengan transisi ke Proof-of-Stake, Ethereum telah mengambil langkah besar untuk mengatasi masalah ini, menempatkan dirinya sebagai pemimpin dalam keberlanjutan di dunia kripto.
Sebelum The Merge, konsumsi energi tahunan Ethereum setara dengan negara berukuran sedang, seperti Portugal atau Austria. Ini adalah angka yang sangat besar dan tidak berkelanjutan dalam jangka panjang, terutama di tengah meningkatnya kesadaran global tentang perubahan iklim. Sebagai platform terkemuka untuk inovasi blockchain, tekanan untuk mengurangi jejak karbon Ethereum sangatlah besar.
Konsumsi Energi PoW vs. PoS
Perbedaan dalam konsumsi energi antara PoW dan PoS sangatlah drastis. Setelah transisi ke Proof-of-Stake, konsumsi energi Ethereum turun lebih dari 99,95%. Angka ini bukanlah estimasi kecil, melainkan pengurangan substansial yang mengubah Ethereum dari salah satu konsumen energi terbesar menjadi salah satu blockchain paling efisien. Validator PoS tidak perlu menjalankan perangkat keras khusus yang boros energi seperti ASIC (Application-Specific Integrated Circuit) atau GPU (Graphics Processing Unit) yang digunakan dalam PoW.
Sebaliknya, validator PoS hanya membutuhkan komputer standar yang terhubung ke internet dan sejumlah ETH yang di-stake. Konsumsi energi mereka mirip dengan menjalankan server rumah biasa atau bahkan kurang. Ini adalah perubahan game-changer yang tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan tetapi juga menghilangkan salah satu argumen utama yang digunakan oleh kritikus blockchain. Bayangkan dampaknya ketika jaringan sebesar Ethereum dapat beroperasi dengan jejak karbon yang minimal.
Citra Positif dan Adopsi Institusional
Efisiensi energi yang baru ini memiliki dampak yang jauh melampaui lingkungan. Ini secara signifikan meningkatkan citra Ethereum di mata publik dan lembaga-lembaga keuangan. Banyak investor institusional, perusahaan besar, dan bahkan pemerintah semakin menekankan praktik bisnis yang bertanggung jawab secara lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Sebelumnya, konsumsi energi Ethereum merupakan penghalang besar bagi investasi ESG.
Dengan menjadi "hijau," Ethereum kini lebih menarik bagi segmen pasar yang peduli ESG. Ini berpotensi membuka pintu bagi aliran modal baru dan adopsi yang lebih luas dari institusi yang sebelumnya ragu-ragu karena kekhawatiran lingkungan. Bukan cuma itu, ini juga akan mendorong pengembang dan proyek-proyek di atas Ethereum untuk lebih menekankan keberlanjutan dalam operasi mereka, menciptakan efek domino positif di seluruh ekosistem. Bagi saya, ini adalah salah satu faktor kunci yang akan mendorong Ethereum ke tingkat adopsi berikutnya.
Dampak Ekonomi dan Ekosistem Ethereum
Perubahan teknologi pada Ethereum 2.0 tidak hanya mempengaruhi performa jaringan, tetapi juga memiliki implikasi ekonomi yang mendalam bagi seluruh ekosistem. Dari mekanisme staking yang baru hingga model deflasi token, setiap aspek dirancang untuk menciptakan jaringan yang lebih stabil, aman, dan berharga dalam jangka panjang. Ini adalah sesuatu yang harus diperhatikan oleh setiap pemegang ETH, pengembang DApp, atau siapa pun yang tertarik pada masa depan keuangan terdesentralisasi.
Salah satu dampak paling langsung adalah bagaimana pasokan dan permintaan ETH diatur. Dengan tidak adanya penambang PoW, sumber utama emisi ETH baru berubah. Bukan cuma itu, mekanisme pembakaran biaya transaksi yang diperkenalkan dengan EIP-1559 sebelum The Merge, kini berinteraksi dengan PoS untuk menciptakan dinamika ekonomi token yang sangat berbeda.
Staking dan Ekonomi Baru
Proof-of-Stake memperkenalkan ekonomi baru yang berpusat pada "staking." Siapa pun yang memiliki minimal 32 ETH dapat menjadi validator dan mendapatkan imbalan dengan membantu mengamankan jaringan. Bagi mereka yang tidak memiliki 32 ETH, ada opsi untuk bergabung dengan staking pool, di mana mereka dapat mengumpulkan ETH mereka dengan orang lain untuk mencapai ambang batas dan berbagi imbalan. Ini menciptakan peluang pendapatan pasif bagi pemegang ETH dan mendorong partisipasi aktif dalam tata kelola dan keamanan jaringan.
Ekonomi staking ini juga meningkatkan desentralisasi. Dengan lebih banyak orang yang dapat berpartisipasi dalam validasi, jaringan menjadi lebih terdistribusi dan lebih tahan terhadap serangan. Validator yang sukses akan menerima imbalan dalam bentuk ETH baru, yang berfungsi sebagai insentif untuk menjaga jaringan tetap berjalan dengan lancar dan aman. Ini adalah perubahan fundamental dari model PoW di mana penambang harus berinvestasi besar pada hardware dan listrik.
Model Deflasi dan EIP-1559
Sebelum The Merge, EIP-1559 telah diimplementasikan, yang memperkenalkan mekanisme pembakaran sebagian dari biaya transaksi (gas fee). Ini berarti sebagian dari ETH yang digunakan untuk membayar transaksi secara permanen dihapus dari peredaran. Dengan transisi ke PoS, imbalan blok untuk validator jauh lebih rendah dibandingkan dengan imbalan penambangan PoW, dan dikombinasikan dengan pembakaran ETH dari EIP-1559, ini berpotensi membuat Ethereum menjadi aset deflasi.
Jika jumlah ETH yang dibakar lebih besar dari jumlah ETH yang dikeluarkan sebagai imbalan validator, maka total pasokan ETH akan berkurang seiring waktu. Ini dapat meningkatkan kelangkaan ETH dan, secara teoritis, mendorong nilainya naik. Ini adalah perubahan besar dari model inflasi sebelumnya dan menjadi daya tarik tersendiri bagi investor yang mencari aset digital dengan pasokan yang terkontrol atau bahkan berkurang. Sebenarnya, dinamika pasokan baru ini telah menjadi subjek diskusi dan analisis yang intens di kalangan ekonom kripto.
Inovasi DApp dan Pengalaman Pengguna
Dengan skalabilitas yang lebih tinggi (melalui sharding di masa depan) dan biaya gas yang lebih rendah (hasil dari pengurangan kemacetan), Ethereum akan menjadi platform yang jauh lebih menarik bagi pengembang DApp. Aplikasi yang sebelumnya terlalu mahal atau lambat untuk digunakan secara massal, seperti game on-chain kompleks atau platform media sosial terdesentralisasi, kini dapat berkembang pesat. Pengembang akan memiliki lebih banyak kebebasan untuk berinovasi tanpa dibatasi oleh batasan teknis yang ketat.
Bagi pengguna akhir, ini berarti pengalaman yang lebih mulus, lebih cepat, dan lebih terjangkau. Transaksi akan dikonfirmasi lebih cepat, dan biaya untuk berinteraksi dengan DApp akan turun secara signifikan. Ini adalah kunci untuk membawa adopsi blockchain ke arus utama, memungkinkan jutaan orang untuk mengakses manfaat teknologi terdesentralisasi tanpa hambatan yang tidak perlu. Saya pribadi sangat antusias dengan potensi gelombang inovasi DApp yang akan muncul dari perubahan ini.
Tantangan dan Risiko dalam Transisi
Meskipun visi Ethereum 2.0 sangat menjanjikan, transisi sebesar ini tidaklah tanpa tantangan dan risiko. Mengubah inti teknologi dari sebuah jaringan bernilai miliaran dolar dan digunakan oleh jutaan orang adalah tugas yang sangat kompleks dan membutuhkan perencanaan, eksekusi, serta pengujian yang cermat. Komunitas Ethereum telah bekerja keras untuk memitigasi risiko-risiko ini, tetapi penting bagi kita untuk memahami potensi rintangan yang mungkin terjadi.
Salah satu tantangan terbesar adalah koordinasi. Mengimplementasikan perubahan secara bertahap dan memastikan semua komponen berfungsi dengan baik secara harmonis adalah pekerjaan besar yang melibatkan ribuan pengembang dan validator di seluruh dunia. Ada banyak bagian bergerak, dan setiap bagian harus bekerja dengan sempurna untuk menjaga integritas jaringan.
Kompleksitas Teknis
Kompleksitas teknis dari Ethereum 2.0 tidak bisa dianggap remeh. Menggabungkan dua sistem yang berjalan secara paralel (rantai Beacon Chain PoS dan mainnet PoW) menjadi satu, seperti yang terjadi pada The Merge, adalah operasi yang sangat rumit. Ada potensi bug yang tidak terduga atau kerentanan keamanan baru yang mungkin muncul selama atau setelah transisi. Meskipun pengujian ekstensif telah dilakukan selama bertahun-tahun, lingkungan produksi selalu membawa tantangan tersendiri.
Selain The Merge, implementasi sharding di masa depan juga akan menambah lapisan kompleksitas baru. Mengelola konsistensi data di berbagai shard, memastikan komunikasi antar-shard yang aman, dan menjaga desentralisasi sambil meningkatkan skalabilitas adalah masalah-masalah rekayasa yang besar. Para pengembang harus terus waspada dan adaptif untuk mengatasi masalah yang mungkin muncul.
Sentralisasi Potensial
Salah satu kekhawatiran yang sering diangkat mengenai Proof-of-Stake adalah potensi sentralisasi. Karena menjadi validator membutuhkan 32 ETH, ada kekhawatiran bahwa hanya entitas besar atau individu kaya yang dapat berpartisipasi, atau bahwa sebagian besar ETH akan di-stake melalui staking pool besar seperti bursa terpusat. Jika sebagian besar kekuatan validasi terkonsentrasi pada beberapa entitas, ini dapat mengurangi desentralisasi jaringan.
Komunitas Ethereum menyadari risiko ini dan telah menerapkan berbagai langkah mitigasi. Contohnya, protokol telah dirancang untuk mendistribusikan pemilihan validator secara acak dan mengurangi kemungkinan satu entitas mendominasi. Bukan cuma itu, ada banyak penyedia staking pool terdesentralisasi yang memungkinkan siapa saja dengan jumlah ETH berapa pun untuk berpartisipasi dalam staking, meskipun dengan biaya tertentu. Mendorong staking yang lebih terdesentralisasi akan menjadi kunci untuk menjaga integritas filosofi Ethereum.
Keamanan Jaringan
Meskipun PoS secara teoritis aman, selalu ada kekhawatiran tentang keamanan relatif dibandingkan dengan PoW yang telah teruji puluhan tahun. Model PoS memperkenalkan jenis serangan baru yang perlu dipertimbangkan, seperti "long-range attacks" atau "nothing-at-stake attacks." Meskipun solusi telah dikembangkan untuk mengatasi ini, menjaga keamanan jaringan yang bernilai triliunan dolar adalah prioritas utama.
Tim pengembang Ethereum terus melakukan audit keamanan yang ketat dan mendorong penelitian kriptografi untuk memastikan bahwa mekanisme PoS tetap tangguh dan tahan terhadap semua jenis ancaman. Keamanan adalah fondasi dari setiap blockchain, dan untuk Ethereum, ini berarti terus-menerus memverifikasi dan meningkatkan protokol untuk melindungi aset dan data pengguna. Sebagai seorang praktisi, saya percaya bahwa fokus berkelanjutan pada keamanan adalah hal yang krusial untuk mempertahankan kepercayaan komunitas.
Pertanyaan yang Sering Diajukan
Q: Apa itu Ethereum 2.0?
A: Ethereum 2.0 adalah nama lama untuk serangkaian peningkatan besar pada jaringan Ethereum, yang sekarang lebih dikenal sebagai "Ethereum upgrades" seperti The Merge, The Surge, The Scourge, The Verge, The Purge, dan The Splurge.
Q: Kapan The Merge terjadi?
A: The Merge, transisi dari Proof-of-Work ke Proof-of-Stake, telah berhasil diselesaikan pada September 2022.
Q: Apa perbedaan utama antara Proof-of-Work (PoW) dan Proof-of-Stake (PoS)?
A: PoW menggunakan penambang yang bersaing dengan daya komputasi untuk memvalidasi transaksi, sementara PoS menggunakan validator yang mempertaruhkan (stake) sejumlah kripto sebagai jaminan untuk mengamankan jaringan.
Q: Apakah biaya gas akan langsung murah setelah The Merge?
A: Tidak, The Merge hanya mengubah mekanisme konsensus. Penurunan biaya gas yang signifikan diharapkan terjadi setelah implementasi sharding di masa mendatang.
Q: Apa itu sharding?
A: Sharding adalah teknik yang membagi blockchain menjadi beberapa pecahan (shard) yang lebih kecil, memungkinkan pemrosesan transaksi secara paralel untuk meningkatkan skalabilitas dan throughput jaringan.
Q: Bisakah saya melakukan staking ETH sendiri?
A: Ya, Anda bisa, tetapi Anda membutuhkan minimal 32 ETH untuk menjalankan node validator Anda sendiri. Alternatifnya, Anda bisa bergabung dengan staking pool dengan jumlah ETH yang lebih kecil.
Q: Apa dampak Ethereum 2.0 bagi pengguna biasa?
A: Pengguna akan merasakan transaksi yang lebih cepat, biaya gas yang lebih stabil dan akhirnya lebih rendah, serta jaringan yang lebih efisien energi dan aman.
Kesimpulan
Perjalanan Ethereum menuju versi yang lebih skalabel, efisien, dan berkelanjutan merupakan salah satu evolusi paling ambisius dalam sejarah teknologi blockchain. Dari transisi monumental ke Proof-of-Stake melalui The Merge, hingga rencana implementasi sharding di masa depan, setiap langkah dirancang untuk mengatasi keterbatasan yang ada dan membuka potensi penuh dari komputasi terdesentralisasi. Ini adalah upaya kolosal yang melibatkan inovasi rekayasa dan komitmen komunitas yang luar biasa.
Dampak dari perubahan ini sangat luas, mulai dari pengurangan jejak karbon Ethereum yang drastis, peningkatan skalabilitas yang akan memungkinkan adopsi massal DApps, hingga model ekonomi token yang berpotensi deflasi. Meskipun tantangan teknis dan risiko sentralisasi tetap ada, komunitas Ethereum telah menunjukkan dedikasi yang kuat untuk mengatasi hal tersebut, memastikan bahwa fundamental dari jaringan tetap kokoh dan sesuai dengan filosofi desentralisasi.
Sebagai seorang praktisi di dunia blockchain, saya sangat optimis terhadap masa depan Ethereum. Peningkatan ini tidak hanya akan memperkuat posisinya sebagai platform blockchain terkemuka, tetapi juga akan mendorong gelombang inovasi baru yang akan mendefinisikan kembali bagaimana kita berinteraksi dengan teknologi digital. Ethereum 2.0, atau lebih tepatnya, serangkaian upgrade Ethereum, adalah bukti bahwa dengan visi yang jelas dan eksekusi yang cermat, masa depan terdesentralisasi yang lebih baik adalah mungkin.